<"SALAMAT DATANG"

Rabu, 30 November 2011

Landasan Psikologis Pendidikan

LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia, karena ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebut sebagai ilmu  yang mandiri karena memenuhi syarat berikut:
         Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah
         Memiliki struktur kelimuan yang jelas
         Memiliki objek formal dan material
         Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and measurement
         Memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian
         Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan
PENGERTIAN PSIKOLOGI
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama  (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :
         Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
         Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
Willhelm Wundt (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciouness). Definisi ini sangat membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan mimpi dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
Woodworth dan Marquis (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Branca (dalam Khodijah, 2006) dalam bukunya yang berjudul Psychology The Science of Behavior, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
Sartain dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia. Knight dan Knight (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu study sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan social. Morgan dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan hewan, namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the science of human and animal behavior; it includes the application of this science to human problems).
Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
CABANG – CABANG PSIKOLOGI
1.      Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang Perkembangan (Nana Syaodih, 1988)
         Pendekatan Pentahapan
         Pendekatan Differensial
         Pendekatan Ipsatif
Yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ini ada dua macam yaitu yang bersifat menyeluruh (umum)  dan yang bersifat khusus.
Menurut Crijns (tt) periode atau tahap perkembangan manusia  secara umum adalah:
         Umur   0 – 2     tahun disebut masa bayi
         Umur   2 – 4    tahun disebut masa kanak-kanak
         Umur   5 – 8    tahun disebut masa dongeng
         Umur   9 – 13  tahun disebut Masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang)
         Umur  13  tahun disebut masa Pubertas pendahuluan.
         Umur  14 – 18 tahun  disebut masa Puber
         Umur  19 – 21 tahun disebut masa adolesen.
         Umur   21  tahun ke atas disebut masa dewasa
Psikologi Perkembangan anak menurut Rouseau terbagi atas empat tahap, yaitu:
         Masa bayi  dari  0 -  2  tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
         Masa Anak  dari  2 – 12  tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti  hidup manusia primitif.
         Masa Pubertas dari  12 – 15  tahun ,  ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
         Masa Adolesen dari  15 – 25  tahun, pertumbuhan seksual menonjol, social, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah belajar berbudaya.
Stanley   Hall penganut   teori Evolusi  dan teori   Rekapitulasi   membagi  masa perkembangan anak sebagai berikut  (Nana Syaodih, 1988)
         Masa Kanak-kanak ialah umur  0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
         Masa Anak ialah umur  4 – 8  tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
         Masa Muda  ialah umur  8 – 12  tahun sebagai manusia belum berbudaya.
         Masa Adolesen  ialah umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut (Mulyani, 1988)
         Tugas perkembangan  masa kanak-kanak
         Tugas perkembangan  masa anak
         Tugas perkembangan  masa remaja
         Tugas perkembangan  masa dewasa awal
         Tugas perkembangan  masa setengah baya
         Tugas perkembangan  orang tua
Perkembangan kognisi menurut  Lawrence Kohlberg (McNeil,1977 dan Nana Syaodih, 1988)
a. Tingkat Prekonvensional
         Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman
         Tahap orientasi egois yang naif
b. Tingkat Konvensional
         Tahap orientasi anak baik
         Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma social.
c. Tingkat Post-Konvensional
         Tahap orientasi kontrak social yang legal
         Tahap orientasi prinsip etika universal
Perkembangan Afeksi menurut Erikson ada delapan tahap (Mulyani, 1988)
         Bersahabat  vs menolak pada umur  0 – 1 tahun
         Otonomi vs malu dan ragu-ragu pada umur  1 – 3  tahun
         Inisiatif vs perasaan bersalah pada umur 3 – 5  tahun
         Perasaan Produktif vs rendah diri pada umur  6 – 11  tahun
         Identitas vs kebingungan pada umur 12 – 18  tahun
         Intim vs mengisolasi diri pada umur  19 – 25  tahun
         Generasi vs kesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun
         Integritas vs putus asa pada umur 45 tahun ke atas
Pendapat Baller dan Charles (Mulyani, 1988)
         Anak yang berasal dari keluarga yang memberi layanan baik, akan bersikap ramah, luwes, bersahabat, dan mudah bergaul.
         Anak yang dilahirkan pada keluarga yang menolak kelahiran itu, akan cenderung  menimbulkan masalah, agresif, menentang orang tua, dan sulit diajak berbicara.
         Anak yang dibrikan kepada keluarga yang acuh tak acuh pada anak, cenderung bersikap pasif dan kurang populer di luar rumah.
2.      Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.  Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang  sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu  proses belajar dan hasil belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola  tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
3.      Psikologi Sosial
Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan  cirri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:
         Kepribadian orang itu
         Perilaku orang itu
         Latar belakang situasi
Menurut Klinger (Savage, 1991) factor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah:
         Minat dan kebutuhan individu
         Persepsi kesulitan akan tugas-tugas
         Harapan sukses
KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU
Kesiapan  belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau warga belajar  sebagai subjek  garis besarnya dapat dibagi menjadi lima  kelompok yaitu:
         Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir
         Kemampuan umum(IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum
         Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejaklahir
         Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum
         Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga
Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah
a. Rohani
         Umum: Agama, perasaan, kemauan, pikiran
         Sosial : Kemasyarakatan, cinta tanah air
b. Jasmani
         Keterampilan
         Kesehatan
         Keindahan tubuh
TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN.
1. Classical Conditioning (Ivan Pavlov)
Teori tingkah laku diawali oleh Ivan Pavlov dalam tahun-tahun akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dengan teorinya “Classical Conditioning” yang menyatakan bahwa stimulus baru dapat dibuat untuk menimbulkan refleks tertentu. Dalam penelitiannya yang dilakukan pada seekor anjing, ia memperhatikan perubahan tingkah laku pada waktu tertentu. Dalam ekperimennya, menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan.
2. Connectionism (E. L. Thorndike)
Dalam studi Thorndike, ia memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dan lingkungan, artinya stimulus-stimulus dapat memberikan respons sehingga teorinya dikenal dengan teori S-R (Stimulus-Respons). Thorndike menghubungkan perilaku pada rekleks-refleks fisik, sehingga ia menyatakan bahwa perilaku ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada dan lingkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar. Dalam eksperimennya yang dilakukan pada kucing yang dimasukkan kedalam kotak. Dari eksperimennya mengembangkan tiga hukumnya, yaitu : “Law of Effect” yang menyatakan “prnsip senang tidak senang. Suatu respon akan diperkuat apabila diikuti oelh suatu perasaan senang terhadap sesuatu, dan respon akan diperlemah jika diikuti oleh suatu rasa tidak senang”, “Law of Exercise” yang menyatakan bahwa “semakin sering suatu respon yang berasal dari suatu stimulus tertentu maka akan semakin besar kemungkinan respon tersebut untuk dicamkan atau diingat dalam suatu long term memory” dan  “Law of Readiness” yang menyatakan bahwa “perkembangan system syaraf akan menyebabkan unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit perilaku yang lainnya dengan kata lain pembelajaran yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik”.
Sedangkan menurut Saettler peranan ataupun kontribusi yang cukup besar oleh Thorndike dalam Teknologi Pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip 1) aktivitas diri, 2) minat / motivasi, 3) kesiapan mental, 4) individualisasi dan 5) sosialisasi.
3. B. F. Skinner
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
 Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain lain).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
         Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
         Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
         Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
         Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
         Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
         Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
         Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
Ilmu psikologi itu sendiri juga berkembang dalam dua cabang, antara lain sebagai berikut:
         Psikologi umum: mempelajari gejala psikis pada manusia seperti motivasi, intelegensi, minat dan sebagainya.
         Psikologi terapan: mempelajari gejala psikis manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuannya. Psikologi terapan meliputi psikologi pendidikan, psikologi belajar, psikologi komunikasi dan sebagainya.
Beberapa teori psikologi yang mempengaruhi langsung penerapan Teknologi Pendidikan:
         Tingkah laku yang diperkuat lebih besar kemungkinannya untuk muncul kembali
         Penguatan yang positif cenderung lebih berhasil dari yang negatif
         Mengulang segera sesudah mempelajari sesuatu, mengurangi kemungkinan untuk melupakan
         Belajar lebih sering terjadi bila tugas yang diberikan berarti bagi subyek, serta dalam batas kemampuannya
         Pemberian bantuan yang terlalu banyak menyebabkan berkembangnya rasa tidak mampu, dll.
PERKEMBANGAN INDIVIDU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
1. Definisi dan Prinsip-prinsip Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuahan hingga meninggal dunia (Yelon and Weinstein,1977 ). Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan dan belajar. Prinsip-prinsip perkembangan menurut Yelon and Weinstein ada 5, yaitu :
·         Perkembangan individu berlangsung terus menerus sejak pembuahan hingga meninggal dunia.
·         Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya mempunyai perkembangan yang normal.
·         Semua aspek perkembngan yang bersifat fisik, sosial, mental, dan emosional satu sama lainnya saling berhubungan.
·         Arah perkembangan individu dapat diramalkan.
·         Perkembangan berlangsung secara bertahap dan setiap tahap memilki karakteristik tertentu.
2. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan terhadap Perkembangan Individu
Hasil studi psikologi sebagai jawaban terhadap permasalahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Nativisme
Menurut teori ini setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor turunan yang berasal dari orang tuanya, dan faktor turunan tersebut menjadi faktor penentu perkembngan individu. Implikasinya terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik.

b. Empirisme
Menurut teori ini setiap individu diahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum di tulisi. Setelah kelahirannya, faktor penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalamannya. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Teori Konvergensi
Menurut teori ini perkembangan individu di tentukan oleh faktor keturunan maupun oleh faktor lingkungan/pengalaman. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu perkembangan individu sesuai dengan apa yang diharapkan, namun demikian pelaksanaannya harus tetap memperhatiakan faktor-faktor hereditas peserta didik, seperti kematangan, bakat, kemampuan, keadaan mental,dsb.
TAHAP DAN PERKEMBANGAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PERLAKUAN PENDIDIK
1. Tahap dan Tugas Perkembangan Individu
Robert Havighurst, mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut:
a) Tugas Perkembngan Masa Bayi dan Kanak-kanak Kecil (0-6 Tahun)
         Belajar berjalan
         Belajar makan makanan yang padat
         Belajar membedakan yang benar dan yang salah, dan mengembangakan kesadaran diri,dll.
b) Tugas Perkembngan Masa Kanak-kanak (6-12 Tahun)
         Belajar keterampialn fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari.
         Pengembangan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari.
         Pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga,dll.
c) Tugas Perkembngan Masa Remaja (12-18 Tahun)
         Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
         Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.
         Menguasai seperangkat nilai dan sisitem etik sebagai pedoman bertingkah laku, dll.
d) Tugas Perkembngan Masa Dewasa (18-… Tahun)
         Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal
         Memilih jodoh / pasangan hidup.
         Menyelenggarakan / mengelola rumah tangga.
         Mencari suatu perkumpulan sosial yang sesuai, dll.
         Tugas Perkembngan Masa Dewasa Tengah
         Mencapai tanggungjawab sosial dan warga negara yang dewasa.
         Mengembangkan penggunaan waktu luang orang dewasa.
         Menyesuaikan diri terhadap orangtua yang sangat tua,dll.
I. Tugas Perkembngan Masa Usia Lanjut:
         Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani yang makin menurun.
         Menyesuaikan diri terhadap kematian suami / istri.
         Menyusun penyelenggaraan kehidupan jasmaniahyang memuaskan,dll.
2. Implikasi Perkembangan Individu terhadap Perlakuan Pendidik yang Diharapkan
Implikasi perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik yang diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut:
a) Perlakuan Pendidik yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Kanak-kanak Kecil
         Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten.
         Bercakap-cakap dan memberiakan respon terhadap perkataan peserta didik.
         Menghargai hal-hal yang dapat di kerjakan peserta didik,dll.
b) Perlakuan Pendidik yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Prasekolah
         Memberikantanggung jawab dan kebersamaan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus–menerus.
         Menyediakn benda-benda untuk diekplorasi.
         Memperbanyak aktivitas berbahasa seperti ceritera, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-aturan, dll.
c) Perlakuan Pendidik yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Kanak-kanak:
         Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak dan menambah tanggungjawab anak.
         Membangkitkan rasa ingin tahu.
         Terbuka terhadap kritik,dll.
d) Perlakuan Pendidik yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Remaja Awal:
         Menerima makin dewasanya peserta didik.
         Memberiakan tanggungjawab secara berangsur-angsur.
         Mendorong kebebasan dan tanggungjawab,dll.
e) Perlakuan Pendidik yang Diharapkan bagi Perkembangan Peserta Didik pada Masa Remaja Akhir:
         Menghargai pandangan-pandangan peserta didik.
         Menerima kematangan peserta didik.
         Berkreasi bersama dan bersama-sama menegakan berbagai aturan,dll.
TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN
1. Behaviorisme
Behaviorisme didasarkan pada asumsi bahwa:
         Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi.
         Tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan.
         Komponen teori behavioral ini adalah stimulus, respon dan konsekuensi.
         Faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah reinforcement.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
         Individualisasi: perlakuan individual didasarkan pada tugas, ganjaran dan disiplin.
         Motivasi: motivasi belajar bersifat ekstrinsik melalui pembiasaan secara terus-menerus.
         Metodologi: metode bealjar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tertentu dan menggunakan teknologi.
         Tujuan kurikuler : berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial.
         Bentuk pengelolaan kelas : pengelolaan kelas berpusat pada guru, hubungan-hubungan sosial hanya merupakan cara untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan yang hendak dicapai.
         Usaha mengefektifkan mengajar :dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat serta mengutamakan penguasaan keterampilan.
         Partisispasi : peserta didik mungkin pasif.
         Kegiatan belajar peserta didik : pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap secara rinci.
         Tujuan umum : kemampuan mengerjakan sesuatu
2. Kognitif
Kognitif didasarkan pada asumsi bahwa:
         Individu mempunyai kemampuan memproses informasi.
         Kemampuan memproses informasi tergantung faktor kognitif yang perkembangannya berlangsungsecar bertahap sejalan dengan tahapan usianya.
         Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi.
         Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif.
         Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda secara tahap perkembangannya.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
         Individualisasi : perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembngan kognitif peserta didik
         Motivasi: bersifat intrinsik yang timbul berdasarkan pengetahuan yangtelah dikuasai peserta didik.
         Metodologi : menggunakan kurikulum dan metode-metode yang berfungsi mengembangkan keterampilan dasar berfikir.
         Tujuan kurikuler : difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan sensori, motor, bahasa, kognitif, adapun interaksi sosial merupakan cara / alat untuk mengembangkan intelegensi.
         Bentuk pengelolaan kelas : berpusat pada peserta didik
         Usaha mengefektifkan mengajar : dengan cara mengutamakan program-program pendidikan berupa pengetahuan-pengetahuan yang terpadu, adapun konsep-konsep dan keterampilan harus secara hierarkis.
         Partisispasi peserta didik: peserta didik dituntut berpartisipasi aktif untuk mengembangkan kognitif, peserta didik belajar dengan bekerja.
         Kegiatan belajar peserta didik :mengutamakan belajar melalui tilikan dan pemahaman.
         Tujuan umum : mengembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana.
3. Humanisme
Humanisme didasarkan pada asumsi bahwa:
         Individu adalah pribadi utuh, ia mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya.
         Individu mempunyai hasrat untuk mengetahui, hasrat untuk bereksplorasi, dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya.
         Belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu.
         Belajar akan bermakna jika melibatkan seluruh kepribdian individu.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
         Individualisasi : perlakuan terhadap individual didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik.
         Motivasi: bersifat intrinsik berdasarkan pemuasan kebutuhan-kebutuhan individual peserta didik.
         Metodologi: menggunakan metode/ pendekatan proyek yang terpadu, menekankan pada studi-studi sosial atau mempelajari kehidupan sosial.
         Tujuan kurikuler : mengutamakan pada pengembangan sosial, keterampilan berkomunikasi, kemampuan untuk tanggap terhadap kebutuhan kelompok dan individu.
         Bentuk pengelolaan kelas : berpusat pada peserta didik, peserta didik bebas memilih sedangkan guru / pendidik berperan untuk membantu dan bukan untuk mengarahkan.
         Usaha mengefektifkan mengajar: penajaran disusun dalam bentuk topik-topik yang terpadu berdasarkan kebutuhan peserta didik secara perorangan.
         Partisispasi peserta didik: mengutamakan partisipasi aktif peserta didik.
         Kegiatan belajar peserta didik : mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian, bukan hanya memperoleh pengetahuan.
         Tujuan umum : mencapai kesempurnaan diri dan pemahaman.
Ada tiga aliran besar dalam teori belajar mengajar yaitu
1. Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorism)
a. Teori  Pengaitan dari Edward L. Thorndike ( 1874 – 1949 )
Berdasarkan hasil percobaannnya di Laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R)  yang diberikan  atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).
Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).
b. Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne
Gagne berpandangan bahwa elajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatan belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi dan diukur. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “ teori hirarki belajar” Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.
Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan suatu topic matematika guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar serta membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya.  (2) guru dapat memilih tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan diajarkan.
Perkembangan kemampuan belajar  menurut Gagne (McNeil,1977) :
         Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dan d.
         Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, hurup mati, dsb.
         Belajar Prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
         Pemecahan masalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru
d. Teori Belajar Bermakna dari David P.Ausubel
Dari dua dimensi kegiatan belajar tersebut, Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar yaitu sebagai berikut:
         Belajar dengan penemuan yang bermakna
         Belajar dengan penemuan tidak  bermakna
         Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna
         Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna
2. Aliran Psikologi Gestalt
Dikembangkan di Eropa pada sekitar tahun 1920-an. Pada awalnya psikologi Gestalt hanya dipusatkan pada fenomena yang dapat dirasa, tetapi pada akhirnya difokuskan pada fenomena yang lebih umum, yaitu hakikat belajar dan pemecahan masalah (Resnick & Ford, 1981:129-130). Esensi dari psikologi Gestalt bahwa berpikir adalh usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang dihadapi sebagai entitas yang secara keseluruhan terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah (Orton, 1990:89).
Menurut pandangan psikologi Gestalt, seseorang memperoleh pengetahuannya melalui pemahaman terhadap sensasi atau informasi yaitu dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusun kembali struktur itu dalam bentuk struktur yang lebih sederhana sehingga sensasi atau informasi itu lebih mudah dipahami.
3. Aliran Psikologi Kognitif
a. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Piaget adalah ahli psikologi Swiss yang latar belakang pendidikan formalnya adalah falsafah dan biologi. Piaget  mengemukakan  Teori Perkembangan Intelektual (kognitif). Menurut Piaget ada empat tingkat perkembangan Intelektual. (Mulyani 1988, Nana Syaodih, 1988, dan Callahan, 1983)
1. Periode Sensorimotor pada umur   0 – 2  tahun
2.Periode Praoperasional pada umur  2 – 7 tahun
3. Periode operasi konkret pada umur  7 – 11  tahun
4. Periode operasi formal pada umur  11 – 15 tahun
b. Teori Belajar dari Jerome Bruner
Perkembangan mental anak menurut Bruner (Toeti Soekamto, 1994) ada tiga tahap, yaitu:
1.Tahap Enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya memahami lingkungan
2. Tahap Ikonik, anak   memahami  dunia melalui  gambaran-gambaran  dan  visualisasi verbal.
3.Tahap simbolik,anak telah memilikigagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Berdasarkan hasil observasi dan eksperimennya mengenai kegiatan belajar-mengajar matematika Bruner merumuskan empat teori umum tentang belajar matematika yaitu:
1. Teorema penyusunan (contruction theorem)
2. Teorema pelambangan (notation theorem)
3. Teorema pembedaan dan keaneka ragaman ( contrast and variation theorem)
4. Teorema pengaitan (connectivity  theorem)
Sumber